Minggu, 23 April 2017

PERNIKAHAN ADAT



PERNIKAHAN ADAT

Pernikahann adalah, upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum dan norma sosial. Upacar pernikahan mempunyai banyak ragam dan variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Pernikahan adat yang akan dikutip dalam tulisan ini ialah, pernikahan adat jawa.
Tahap awal dalam adat jawa ialah, Prosesi Pembicaraan. Tahap ini intinya mencakup tahap pembicaraan pertama hingga acara melamar. Congkong, seorang perwakilan diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan situasi calon besan yang putri nya akan dilamar. Tugas wali yang utama yaitu menanyakan status calon mempelai wanita, apakah masih sendiri atau ada pihak lain yan mengikat. Salar, jawaban pada acara congkong akan ditanyakan pada acara salar yang dieslenggarakan oleh seorang wali, baik oleh wai yan pertama maupun orang lain. Nontoni, setelah lmapu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua, keluarga besar besar beserta calon mempelai pria berkunjung kerumah calon mempelai wanita untuk saling “dipertontonkan”. Dalam acara ini orang tua bisa melihat kepribadian, fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantunya. Nglamar, utusan dari orang tua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang sudah disepakati. Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilaksanakan rangkaian upacara pernikahan.
Tahap kedua, selanjutnya dilaksanakan peneguhan pembicaraan yang disaksikan pihak ketiga, seperti kerabat, tetangga atau sesepuh. Srah-srahan, penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan penyelenggaraan acara sampai acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna mendalam diluar dari materinya sendiri, yakni berupa cincin, seperangkat pakaian wanita, perhiasanm makanan tradisional, daun sirih, buah-buahan dan uang. Peningsetan, lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar cincin oleh kedua calon pengantin. Asok tukon, penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga mempelai wanita. Paseksen, proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi dalam acara ini adalah mereka yang hadir. Selain itu juga ada beberapa pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang dinamakn Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon besan). Gethok dina, penentuan hari ijab kabul atau akad nikah dan resepsi pernikahan. Biasanya melibatkan orang yang ahli dalam memperhitungkan hari, tanggal dan bulan yang baik atau kesepakatan dari keluarga pengantin saja.
Tahap ketiga (Prosesi Siaga), pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak keluarga. Sedhahan, mencakup pembuatan sampai pembagian surat undangan pernikahan. Kumbakarnan, pertemuan untuk membentuk panitia pesta pernikahan dengan mengundang sanak saudara, keluarga, tetangga dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksananya. Jenggolan/jonggolan, calon pengantin melapor ke KUA. Tata cara in sering disebut tandhakan atau tandhan yang mempunyai arti membritahu dan melaporkan kepada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.
Tahap keempat (Prosesi Upacara), biasanya sehari sebelum acara pesta pernikahan, pintu gerbang dari orang tua wanita dihias dengan tarub (dekorasi tumbuhan), terdiri dari pohon pisang, buah pisang, buah kelapa, tebu dan daun beringin, yang bermakna agar pasangan mempelai hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan mempelai saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Pasang Tratag dan Tarub, tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu kepada masyarakat. Tarub berarti hiasan dari janur kuning atau daun kelapa muda disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang disisi tratag dan ditempelkan dipintu gerbang tempat resepsi acara agar terlihat meriah. Kembar mayang, sebagai lambang keselamatan dan kebahagiaan. Benda ini biasa menghiasi panti atau asasana wiwarayang dipakai dalam acara panebusing kembar mayang dan upacara adat panggih. Jika acara telah selesai, kembang mayang akan dibuang diperempatan jalan, sungai atau laut agar kedua pengantin selalu ingat asal muasalnya. Siraman, upacara siraman mengandung makna memandikan calon mempelai yang disertai dengan niat membersihkan diri  agar menjadi bersidan suci lahir dan batin. Urutan tahapannya yaitu calon pengantin memohon doa restu kepada kedua orang tuanya, kemudian mereka duduk ditikar pandan, lalu disiram oleh pinisepuh, orang tua dan orang lain yan telah ditunjuk. Terakhir, calon pengantin disiram air kendi oleh ibu bapaknya sambil berkata “niat ingsung ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon” dan kendi kosongnya dipecahkan dilantai. Midodareni, upacara adat midodareni menjadikan sang mempelai wanita secantik dewi widodari. Orang tua mempelai wanita akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karna mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami. Selametan, berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul atau akad nikah. Nyantri atau nyatrik, dalam proses ini acara pernikahan ini calon mempela pria memohon diijabkan, atau jika acara ijab diadakan besok, kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan denga sanak saudara terdekat ditempat pengantin pria. Jika ada kakak wanita dilangkahi, acara penting lainnya yakni pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan pengantin dalam plangkahan.
Tahap kelima atau tahap akhir (prosesi puncak dari rangkaian upacara dan merupakan inti resepsi). Upacara ijab qobul, sebagai prosesi pertama pada puncak resepsi yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan sah maka kedua penganting telah resmi menjadi sepasang suami istri.
Upacara panggih,  yang meliputi :
Liron kembang mayang atau saling menukar kembang mayang dengan arti dan tujuan bersatunya cipta, rasa dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.
Gantal atau lempar sirh, dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan tersebut.
Ngidak endhog atau mempelai pria menginjak telur ayam lalu dibersihkan atau dicuci kainya oleh mempelai wanita sebagai lambang seksual kedua pengantin telah pecah pamornya.

Setelah upacara panggih, kedua pengantin diantar duduk di sasana riengga. Acara pun dilanjutkan.
Timbangan, atau kedua mempelai duduk di pangkuan ayah mempelai wanita sebagai lambang sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing mempelai. Kacar kucur, dilaksanakan dengan cara mempelai pria mengucurkan penghasilan kepada mempelai wanita berupa uang receh beserta kelengkapannya. Sebagai lambang bahwa kau pria bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga. Dulangan, atau kedua pengantin saling menyuapi mengandung kiasan laku perpaduan kasih pasangan pria dan wanita. Upacara babak kawah, upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai dengan membagi harta benda seperti uang receh, umbi-umbian, beras kuning dan lainnya. Tumplek punjen, numplak artinya menumpahkan, punjen artinya, berbeda beban diatas bahu. Yang bermakna telah lepas semua darma orang tua kepada anak. Tata carai ini dilakukan bagi orang yang tidak akan bermantu lagi atau semua anaknya telah menikah. Sungkeman, sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta memohon doa restu. Kirab, istilah yang digunakan untuk mengambarkan saat pengantin berdua meninggalkan tempat duduknya untuk berganti pakaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar